Suntikan Botox dapat memicu stroke
Suntikan Botox dapat memicu stroke

Video: Suntikan Botox dapat memicu stroke

Video: Suntikan Botox dapat memicu stroke
Video: SUNTIK BOTOX: PENJELASAN, MANFAAT, RESIKO DAN HASIL 2024, Mungkin
Anonim

Berbagai "suntikan kecantikan" telah menjadi norma bagi kita dan sarana kebiasaan dalam perjuangan kaum muda. Jadi, suntikan Botox telah berhasil digunakan untuk menghaluskan kerutan sejak lama, dan jutaan wanita tidak mendapatkan hasil yang cukup dari suntikan. Namun, sekarang dokter mulai membunyikan alarm. Menurut para ahli, botox tidak boleh dibawa-bawa, karena konsekuensinya bisa paling mengerikan.

Image
Image

Sebelum menghilangkan kerutan dengan suntikan anti-penuaan, perlu untuk memeriksa kualifikasi spesialis yang melakukan prosedur. Karena jika Botox secara tidak sengaja masuk ke arteri, ada risiko serius kehilangan penglihatan dan kerusakan otak.

“Ini dapat menyebabkan nekrosis atau kematian jaringan kulit, dan jika (botox) memasuki arteri yang memasok oksigen ke bagian belakang mata, itu dapat menyebabkan hilangnya penglihatan. Dalam kasus terburuk, Botox bahkan dapat memblokir aliran oksigen ke otak, yang mengarah ke stroke,”kata ahli bedah Inggris Julian de Silva seperti dikutip Daily Mail.

Menurut surat kabar itu, pada tahun sebelumnya, 32 kasus kehilangan penglihatan setelah suntikan Botox tercatat di Inggris. Studi lain mendokumentasikan 12 kasus serupa. Selain itu, telah dilaporkan bahwa setidaknya empat pasien mengalami stroke akibat kerusakan otak setelah prosedur anti-penuaan.

Pada saat yang sama, dokter menyatakan bahwa karena kurangnya standar, produsen Botox lebih memilih untuk diam tentang efek sampingnya.

“Banyak dokter bahkan tidak tahu ada risiko, apalagi fakta bahwa mereka tidak memiliki pengalaman menghadapi situasi serupa,” jelas de Silva, menambahkan bahwa produsen Botox berusaha untuk tetap diam tentang efek samping.

Ahli kosmetik lain, pada gilirannya, mencatat bahwa, sebagai suatu peraturan, praktisi medis yang tidak memenuhi syarat tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk "mengatasi atau bertanggung jawab dalam menangani efek samping."

Direkomendasikan: